Rabu, 15 Agustus 2012

Lodong Bukan Loading





Setiap pagi  dan sore hari, petani itu melintas di depan rumah aku, sambil membawa lodong (tabung bambu panjang), yang digunakan sebagai wadah nira aren, yang menitis tanpa henti dari ujung tangkal bunga aren.

Lodong yang dibawa pada pagi hari, adalah sebagai pengganti lodong yang dibawa pada sore kemarin, yang sudah penuh dengan nira aren yang menitis selama sekitar 12 jam sepanjang malam hari kemarin, memenuhi lodong tersebut. Demikian halnya dengan lodong yang dibawa pada sore hari, adalah pengganti lodong yang dibawa pada pagi hari yang telah penuh dengan nira aren yang menitis selama sekitar 12 jam sepanjang siang harinya.

Begitulah siklus kerja petani penyadap nira aren ini sehari-hari.

Setibanya dirumah, nira aren langsung dimasak oleh isterinya, pada tungku kayu bakar, di dalam wajan yang bersih, walaupun bagian bawahnya hitam berjelaga, dalam beberapa jam, hingga mengental, dan kemudian diuji kekentalannya (duga), sebelum bahan tersebut diputuskan untuk dimasukkan kedalam tabung cetakan-cetakan yang terbuat dari bambu.

Tidak ada bahan campuan lain dalam proses pembuatannya. Begitu bersih, sederhana dan sempurna...

Setelah mulai mendingin, bahan gula tadi pun mengeras, menjadi kristal. Dan ketika cetakkan dibuka, semerbak harum dalam uap hangat, menyentuh hidung, terbawa angin mengudara... Hmmm...

Satu cetakan gula aren ini disebut dengan sebutan “satu gandu”, sedangkan empat gandu gula aren/merah, yang dikemas menjadi satu dalam kemasan yang terbuat dari kulit batang pisang kering, disebut dengan sebutan “satu bonjor”.

Harga jual untuk satu bonjor gula istimewa ini cukup murah. Pada ramadan tahun ini kita dapat membelinya dengan harga 15.000,- rupiah per bonjor, langsung dari petaninya.

Lodong-lodong wadah nira tadi, juga perlu melewati proses selanjutnya, dipersiapkan, agar dapat digunakan sebagai wadah nira aren selanjutnya. Ke dalam lodong tersebut dihembuskan asap panas yang berasal dari tungku, Biasanya, ada alat tersendiri untuk melakukan ini, dan tidak boleh dicuci dengan air. Pencucian dengan air, justrru akan membuat rasa, tekstur, dan kualitas gula yang kurang baik...

Kesederhanaan menghasilkan kesempurnaan, tampak pada bentuk, rasa, aroma gula yang khas, bersih, tanpa ampas, tanpa sampah. Tidak seperti gula merah yang kita beli dari pasar...



Tidak ada komentar: