Setiap pagi dan sore hari, petani itu melintas di depan
rumah aku, sambil membawa lodong (tabung bambu panjang), yang digunakan sebagai
wadah nira aren, yang menitis tanpa henti dari ujung tangkal bunga aren.
Lodong yang
dibawa pada pagi hari, adalah sebagai pengganti lodong yang dibawa pada sore
kemarin, yang sudah penuh dengan nira aren yang menitis selama sekitar 12 jam
sepanjang malam hari kemarin, memenuhi lodong tersebut. Demikian halnya dengan
lodong yang dibawa pada sore hari, adalah pengganti lodong yang dibawa pada
pagi hari yang telah penuh dengan nira aren yang menitis selama sekitar 12 jam
sepanjang siang harinya.
Begitulah siklus
kerja petani penyadap nira aren ini sehari-hari.
Setibanya
dirumah, nira aren langsung dimasak oleh isterinya, pada tungku kayu bakar, di
dalam wajan yang bersih, walaupun bagian bawahnya hitam berjelaga, dalam
beberapa jam, hingga mengental, dan kemudian diuji kekentalannya (duga),
sebelum bahan tersebut diputuskan untuk dimasukkan kedalam tabung cetakan-cetakan
yang terbuat dari bambu.
Tidak ada bahan
campuan lain dalam proses pembuatannya. Begitu bersih, sederhana dan sempurna...
Setelah mulai
mendingin, bahan gula tadi pun mengeras, menjadi kristal. Dan ketika cetakkan
dibuka, semerbak harum dalam uap hangat, menyentuh hidung, terbawa angin
mengudara... Hmmm...
Satu cetakan gula
aren ini disebut dengan sebutan “satu gandu”, sedangkan empat gandu gula
aren/merah, yang dikemas menjadi satu dalam kemasan yang terbuat dari kulit
batang pisang kering, disebut dengan sebutan “satu bonjor”.
Harga jual untuk
satu bonjor gula istimewa ini cukup murah. Pada ramadan tahun ini kita dapat
membelinya dengan harga 15.000,- rupiah per bonjor, langsung dari petaninya.
Lodong-lodong wadah
nira tadi, juga perlu melewati proses selanjutnya, dipersiapkan, agar dapat
digunakan sebagai wadah nira aren selanjutnya. Ke dalam lodong tersebut
dihembuskan asap panas yang berasal dari tungku, Biasanya, ada alat tersendiri
untuk melakukan ini, dan tidak boleh dicuci dengan air. Pencucian dengan air,
justrru akan membuat rasa, tekstur, dan kualitas gula yang kurang baik...
Kesederhanaan
menghasilkan kesempurnaan, tampak pada bentuk, rasa, aroma gula yang khas, bersih,
tanpa ampas, tanpa sampah. Tidak seperti gula merah yang kita beli dari
pasar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar