Mencari ikan dengan alat penyetrum adalah sebuah kesenangan
berbentuk hiburan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada malam hari, dan disebut
dengan istilah “Ngobor”.
Aktifitas ini dilakukan oleh beberapa orang, karena memang
dibutuhkan kerjasama beberapa orang dalam satu tim.
Kesenangan bukan hanya terletak pada ikan yang didapatkan,
tetapi pengalaman bertualang di malam hari, disepanjang sungai di areal
persawahan, dengan diiringi canda melewati hutan perkebunan yang gelap, adalah
sebuah aktifitas yang dapat menghilangkan kebosanan. Dan di malam Ramadan tahun
ini, aku berkesempatan utuk mendapatkan pengalaman yang menyenangkan itu…
Persiapan dimulai sejak usai sholat teraweh. Alat Penyetrum
dengan akumulator (aki) yang sudah terisi, lampu senter, golok, lampu petromax,
ember, jaring bertangkai (lambit), dan juga koja (wadah ikan perolehan). Tidak
lupa memakai celana pendek, karena kita akan terjun ke sungai, jaket, dan topi,
untuk menghindari udara malam yang dingin.
Setelah persiapan selesai, berangkatlah kami menuju sungai tempat tujuan. Pembawa lampu petromax adalah anggota tim yang terpenting. Jika lampu petromax mati, bisa dipastikan maka anggota tim yang lain akan kacau, kocar-kacir mencari jalan untuk pulang...
Setelah melewati hutan perkebunan yang gelap, sampailah kami
ke tempat tujuan dan langsung mencoba alat setrum di perairan yang jernih dan
dangkal, dan terus melangkah melawan aliran arus sungai, dari hilir hingga hulu
sungai.
Ternyata banyak sekali jenis satwa air yang terdapat di sungai, yang dengan mudah dapat kami kumpulkan. Bukan hanya ikan, tetapi juga belut dan udang. Udang termasuk jenis yang paling banyak kami dapatkan. Jenis ikan yang juga banyak terdapat, tetapi kurang disukai karena rasanya yang kurang enak adalah ikan Bogo. Jenis ikan lain yang kami dapatkan adalah ikan Beunteur, Arelot, Kehkel, Cingir putri, dan Jeler.
Khusus ikan jeler, adalah ikan favorit karena rasanya yang
gurih, dan tidak sulit dalam pengolahannya. Ikan jeler tidak harus dibeset
(dibuang isi perutnya) terlebih dahulu untuk dimasak, hanya tinggal dicuci
saja.
Terkadang ikan dan udang bersembunyi di balik bebatuan besar. Dibutuhkan keahlian untuk menentukan letak keberadaan ikan-ikan. Pembawa alat penyetrum harus berhati-hati mengarahkan tangkai penyetrum agar dirinya sendiri tidak tersengat setrum, dan dia pun membutuhkan seorang asisten di belakangnya untuk menangkap ikan yang terlepas dari jaring yang dipegangnya.
Seorang teknisi juga harus siap, untuk memperbaiki alat jika
terdapat gangguan pada alat penyetrum yang mengakibatkan alat penyetrum tidak bekerja.
Sekitar 2 jam, akumulator pada alat penyetrum mulai habis muatannya. Artinya kami harus segera pulang ke rumah, kembali melintasi hutan perkebunan yang gelap, dengan membawa setengah ember ikan dan udang yang kami dapatkan...
Sesampai di rumah, ikan dikelompokkan menurut jenisnya...
Dan inilah salah jenis ikan perolehan kami. Jenis ikan yang cukup populer, yang disebut dengan nama ikan Beunteur…
1 komentar:
Jadi inget masa kecil, tapi dengan senter 2 batu dan serokan. NGak pakai setruman karena takut bahaya
Posting Komentar