Kamis, 10 Oktober 2013

Lagu Odong Odong



Sewaktu Alifia Insani Suwedi (putri sulung aku) masih balita, ia sangat suka menyanyi dan menari. Waktu itu aku berusaha mencari dan mengumpulkan lagu dan musik anak-anak yang sesuai dengan usia dan disukainya.

Selang beberapa tahun kemudian, lagu-lagu anak itu pun mulai tidak terdengar, tidak diputar lagi di rumah, membeku dalam bentuk file usang, tertidur di dalam hard disk... 

Karena semakin banyaknya data yang terdapat di dalam hard disk, untuk menghemat spasi/(kapasitas) hard disk, lagu-lagu anak itu pun aku pindah simpankan ke dalam sebuah DVD data. Tak tersentuh, tak terbuka lagi, file-file usang itu membeku dalam sebuah DVD data di wadah penyimpanannya.

Sekarang, menginjak usia balita kira-kira setara dengan usia Alifia dahulu, Humaira Nurani Suwedi  (putri bungsu aku) pun ternyata mempunyai kegemaran yang sama. Dia gemar menyanyi dan menari seperti layaknya Alifia dahulu. Aku pun berusaha mencari kembali DVD data yang pernah aku buat, dan Alhamdulillah aku menemukannya diantara tumpukan DVD data yang lain.

Setelah aku pindahkan file lagu-lagu ini ke dalam sebuah laptop mini, Humaira sangat senang. Lagu-lagu anak ini disebutnya sebagai “Lagu Odong-Odong”.

Pagi, siang, sore, bahkan malam, tanpa kenal waktu, ia menjinjing sendiri laptop mini tersebut, menyalakan, dan memutar ”lagu odong-odong” kesukaannya, sambil bernyanyi, mengiringi  keasyikannya bermain game “ Onet”...

Lagu-lagu anak ini masih dapat menjawab kebutuhan anak-anak akan lagu-lagu yang sesuai dengan usia dan perkembangannya. Kita masih krisis lagu anak-anak yang baru. Dan pencipta lagu-lagu anak yang baru, entah dimana kita dapat menemukannya...

Bagi sahabat-sahabat yang membutuhkan, lagu-lagu ini dapat di download di sini... Dalam satu folder berisi file kompak memuat 28 lagu yaitu : Balonku, Bangun Tidur, Becak, Bermain Layang Layang, Bintang Kecil, Bintang Kejora, Burung Kakak Tua, Desaku, Di Sini Senang Di Sana Senang, Du Bi Du Bi Dam, Dua Mata Saya, Heli, Kasih Ibu, Kelinciku, Kukuruyuk, Lihat Kebunku, Medley Ulang Tahun, Naik Delman, Naik Naik Ke Puncak Gunung, Nina Bobo, Pelangi, Pok Ame Ame, Potong Bebek, Rame Rame, Satu Ditambah Satu, Sayang Semuanya, Si Kancil, dan Ulang Tahun...

Sabtu, 28 September 2013

Marasi, Memanipulasi Rasa dan Menguatkan Fungsi Seks



Nama tumbuhan ini cukup keren, Curculigo Latifolia. Hasiatnya juga tidak kalah istimewa...
Marasi adalah tumbuhan pinggir hutan yang cukup populer di kalangan masyarakat Tanjaknangsi. Terutama anak-anak, sering mencari dan memetik buah marasi yang tumbuh liar di pinggiran hutan, dikebun-kebun yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Marasi tumbuh dengan sangat baik di bawah keteduhan, di tempat lembab,  dan ia hanya membutuhkan 20 % cahaya matahari... 



Jika kita memakan buah marasi, maka curculin yang terdapat di dalam buah ini akan memanipulasi rasa minuman atau makanan yang kita konsumsi berikutnya. Lemon yang terasa sangat asam menjadi manis, buah pala yang asam dan getir pun akan terasa manis. Air putih tawar akan terasa seperti  dicampur dengan sirup, demikian juga air teh pahit... Rasa manis yang diciptakan oleh protein yang bernama curculin ini bertahan hingga 30 menit, sampai saliva (air ludah) menghilangkan efek rasa ini.

Pohon Marasi hampir sama dengan pohon Congkok, berkembang biak dengan Rhizoma, suka berada di tempat yang lembab. Tingginya sekitar 30 cm hingga 50 cm (saya belum pernah melihat yang lebih tinggi), dengan bentuk daun memanjang, bertekstur berlipat terbuka, cukup indah untuk menjadi hiasan lanscape di keteduhan (di bawah pohon)...



Dikabarkan bahwa tumbuhan ini berasal dari Afrika Barat, menyebar di seluruh pinggiran hutan di wilayah Indonesia dengan sebutan yang berbeda. Di Papua dia dikenal dengan sebutan cua mok, di Palembang disebut dengan lentahi, sebutan lain untuk buah marasi adalah lemba.

Bunganya berwarna putih agak transparan dan dihiasi warna kuning, muncul dengan tangkai terpisah dari batang utama. Dari bunga inilah muncul buah marasi.  Buahnya berwarna bening keputihan berukuran kira-kira 1 cm dan berbiji banyak kecil-kecil hitam seperti dragon fruit (buah naga).



Sebenarnya masih ada lagi buah yang dapat memanipulasi rasa selain marasi, yaitu synsepalum dulcificum, buah ajaib (miracle fruit) yang memiliki protein yang disebut dengan miraculin yang memiliki efek yang sama dengan marasi, miracle fruit mampu mempertahankan daya manipulasi rasa manis di lidah hingga 60 menit. Hanya saja buah ini tidak terasa manis seperti marasi...

Curculin pada Marasi adalah satu-satunya protein yang berasa manis, miraculin dalam miracle fruit tidak berasa manis. Curculin pada Marasi tidak memiliki efek samping. Oleh karena itu marasi sering digunakan di Jawa Barat sebagai penambah tenaga, dikalangan pencinta alam, pendaki gunung, marasi adalah penolong di saat perbekalan habis. Dengan memakan beberapa butir marasi, tubuh yang sudah lemas menjadi segar kembali...

Penggunaan buah ini untuk pengobatan sangat beragam. Bagian akarnya berkhasiat untuk  mengobati sakit ginjal, menguatkan fungsi seks, menghilangkan sakit perut kerana kedinginan, dan mengobati sakit kepala. Bagian buahnya dapat digunakan untuk menggantikan gula bagi pengidap kencing manis, meredakan demam, dan dapat mengobati demam malaria, mengobati batuk, merawat bengkak, dan melancarkan kencing. Biji lemba yang berwarna hitam seperti biji selasih dicampurkan dengan sirup dapat menyejukkan badan....

Wah... Hebat juga manfaat tumbuhan Marasi ini ya...

Sumber :
http://referensidunia.blogspot.com/2011/06/marasi-curculigo-latifolia.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Synsepalum_dulcificum

Selasa, 24 September 2013

Membantu Memanen Padi



Akhir pekan kemarin, Sabtu, 21 September 2013, seusai jam pelajaran sekolah, aku mengajak anak-anak untuk membantu memanen padi di sawah... Tentu saja mereka sangat gembira dan bersemangat, karena memang kegiatan luar sekolah seperti inilah yang mereka sukai. Bermain, belajar, bersama-sama dengan teman-temannya di alam terbuka, diselingi canda tawa...

Tempat yang kami tuju tidaklah terlalu jauh untuk ukuran kami, karena kami sudah terbiasa, yaitu di Blok persawahan Dangdeur Desa Raharja Kecamatan Wanayasa, tidak jauh dari perkampungan kami...





Perjalanan menanjak dan menurun seolah tidak terasa, lelah di kaki seakan hilang, tertelan oleh keceriaan kami...






 Sesampai di lokasi kami langsung terjun ke sawah, membantu mengangkut pohon-pohon padi yang telah dipotong dari tangkainya, satu persatu onggokkan, menuju tempat penyimpanan sementara di keteduhan...







Setelah semua padi terangkangkat dan terkumpul, lalu bulir-bulir padi dipisahkan dari tangkainya dengan menggunakan alat penghempas, sehingga semua bulir padi terlepas dari tangkainya dan terkumpul di tempat penampungannya...

Satu persatu anak antre, bergiliran melakukan aktifitas itu, dan mereka tampak senang melakukannya...


 Setelah aku rasa cukup bagi mereka untuk mempraktekkannya, aku pun mengajak mereka makan bersama... Kami makan siang di bawah rimbunnya pohon di tengah persawahan, ditemani ribuan capung kuning yang berseliweran di angkasa, dan semilir angin...




 Beberapa anak memohon kepada aku agar mengijinkan mereka untuk berenang, mandi di sungai... Dan aku pun mengijinkannya, karena tidak mau merusak suasana hati mereka...





Setelah mandi, mereka berkumpul kembali dan memutuskan untuk bermain petak umpet di persawahan... Tim terbagi menjadi tim anak laki-laki dan anak perempuan...  Kesenangan berlanjut...
 


Hingga akhirnya seorang anak lelaki mengajak untuk membuka kelapa muda yang ada di dekat saung kami untuk dimakan bersama... Setelah kelapa muda itu terbelah, mereka pun berebut untuk memakannya, dengan menggunakan sendok untuk mengerok buah kelapa muda itu...



 Tak terasa hari sudah semakin siang, dan kami harus segera kembali ke perkampungan.
Sepanjang perjalanan pulang, canda dan tawa masih berlanjut, hingga mereka pulang ke rumah masing-masing...